Minggu, 19 April 2015

YONI


Di Dukuh Bengir, Desa Keser, Kecamatan Tunjungan terdapat sebuah Yoni yang letaknya tidak jauh dari ladang penduduk. Yoni tersebut berada di bawah pohon beringin yang terletak pada 6°55’12,0” LS dan 111°25’38,8” BT, dengan ketinggian 123 m dari permukaan air laut. Tempat Yoni itu berada disebut dengan Situs Keramat Nangka. Yoni yang terbuat dari batu andesit ditemukan bersama dengan umpak batu.  Bagian bawah Yoni terpendam tanah, yang tampak hanya bagian atas dan tengah. Bagian atas berlekuk-lekuk pada sisi-sisinya, seperti bekas tempat mengasah pisau. Salah satu sisi bagian atas berbentuk segi 4 berukuran 20 cm x 26 cm, menyatu dengan Yoni, jadi Yoni tidak mempunyai lubang. Seluruh bagian Yoni polos dan tidak ada hiasan. Ukuran Yoni adalah, bagian atas 108 cm x 108 cm, bawah 71 cm x 71cm, dengan tinggi 24 cm. Panjang cerat 49 cm dengan lubang cerat berukuran 4 cm.
 


SITUS BLEBOH

Situs Bleboh terletak di Gunung Plontang, Pegunungan Kendeng Utara, tepatnya di Petak 5023 KRPH Bleboh, BKHP Nanas, KPH Cepu, kecamatan Jiken. Di titik pertama di ketinggian kurang lebih 350 meter dari permukaan laut (dpl) itu, ada enam makam dari batu, satu di antaranya masih utuh. Sedang di tempat lain, ditemukan lagi tiga makam, di antaranya ada yang masih lengkap, berikut dengan tutup makam. Makam batu besar yang ditemukan itu, tidak sebagaimana lazimnya makam pada zaman sekarang, khususnya makam Islam dengan posisi kepala di utara dan menghadap kiblat. Melainkan dengan meletakkan kepala ke arah timur dan kaki ke arah barat. Proses pemakaman seperti itu menganut Konsepsi Chtonis, yang berpendapat, timur merupakan arah matahari terbit sehingga bisa diartikan sebagai awal kehidupan. Sedangkan barat merupakan arah tenggelamnya matahari, yang dimaknai dengan akhir dari kehidupan.

Perjalanan menuju tempat penemuan tersebut, tidak mudah. Berjarak sekitar 27 kilometer dari pusat kota, melewati Perempatan Cabak di wilayah KPH Cepu. Jalanan di tengah hutan jati itu, banyak yang berlubang. Bahkan tak sedikit di antara lubang-lubang jalanan itu dipenuhi kubangan air. Sekitar dua kilometer dari tempat penemuan makam batu besar, tepatnya di kubur kalang, harus menempuh jalan kaki melewati jalan setapak. Kemudian melalui semak-semak penuh kerikil dan medan yang sangat berat. Bisa juga dilewati dengan kendaraan bermotor roda dua, namun harus ekstrahati-hati. Perjalanan dengan kendaraan bermotor roda dua itu pun, tidak bisa sampai di tempat tujuan. Masih membutuhkan waktu sekitar 10 - 15 menit dengan jalan kaki melewati semak belukar.  Sayang, makam batu dengan lebar satu meter dan panjang 2,5 meter, dan beberapa di antaranya lebih kecil sedikit dari ukuran itu, banyak yang sudah tidak utuh.



Minggu, 05 April 2015

GUDANG BANYU

Bangunan penampung air dengan kapasitas 400 m³ ini terletak di Kelurahan Tegal Gunung Kecamatan Blora. Dibangun pada masa kolonial Belanda sebagai tempat untuk penampungan air yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan air minum di Kota Blora. Sumber mata air diperoleh dari Sumber Mata Air Kajar. Cara kerjanya alami menggunakan gaya gravitasi bumi dalam mengalirkan air dari sumber mata air sampai penampungan air (Gudang Banyu).  Bangunan ini dibuat pada tahun 1920-an, mengadopsi gaya bangunan berarsitektur Belanda dengan model segi delapan. Bentuknya menyerupai benteng dengan ruang kolong di bawah bak penampung. Memiliki ukuran bangunan 5m x 8m x 7m, dengan konstruksi beton cor. Semula dikelola oleh orang Belanda yang dulu dikenal sebagai Tuan Johan dan Tuan Barnas. Bangunan ini sempat dikelola oleh DPUK, sebelum akhirnya diserahkan kepada PDAM. Tetapi Kemudian di lokasi ini dibangun lagi bak penampung baru dengan daya tampung lebih besar dan sistem menara yang tinggi mencapai 20 m, sesuai dengan tingkat kebutuhan akan air minum pada saat ini di Kota Blora yang semakin tinggi.