Minggu, 19 April 2015
YONI
SITUS BLEBOH
Situs Bleboh terletak di
Gunung Plontang, Pegunungan Kendeng Utara, tepatnya di Petak 5023 KRPH Bleboh, BKHP
Nanas, KPH Cepu, kecamatan Jiken. Di titik pertama di ketinggian kurang lebih 350
meter dari permukaan laut (dpl) itu, ada enam makam dari batu, satu di antaranya masih
utuh. Sedang di tempat lain, ditemukan lagi tiga makam, di antaranya ada yang
masih lengkap, berikut dengan tutup makam. Makam batu besar yang ditemukan itu,
tidak sebagaimana lazimnya makam pada zaman sekarang, khususnya makam Islam
dengan posisi kepala di utara dan menghadap kiblat. Melainkan dengan meletakkan
kepala ke arah timur dan kaki ke arah barat. Proses
pemakaman seperti itu menganut Konsepsi Chtonis, yang berpendapat, timur
merupakan arah matahari terbit sehingga bisa diartikan sebagai awal kehidupan.
Sedangkan barat merupakan arah tenggelamnya matahari, yang dimaknai dengan
akhir dari kehidupan.
Perjalanan menuju tempat penemuan tersebut, tidak mudah. Berjarak sekitar 27 kilometer dari pusat kota, melewati Perempatan Cabak di wilayah KPH Cepu. Jalanan di tengah hutan jati itu, banyak yang berlubang. Bahkan tak sedikit di antara lubang-lubang jalanan itu dipenuhi kubangan air. Sekitar dua kilometer dari tempat penemuan makam batu besar, tepatnya di kubur kalang, harus menempuh jalan kaki melewati jalan setapak. Kemudian melalui semak-semak penuh kerikil dan medan yang sangat berat. Bisa juga dilewati dengan kendaraan bermotor roda dua, namun harus ekstrahati-hati. Perjalanan dengan kendaraan bermotor roda dua itu pun, tidak bisa sampai di tempat tujuan. Masih membutuhkan waktu sekitar 10 - 15 menit dengan jalan kaki melewati semak belukar. Sayang, makam batu dengan lebar satu meter dan panjang 2,5 meter, dan beberapa di antaranya lebih kecil sedikit dari ukuran itu, banyak yang sudah tidak utuh.
Perjalanan menuju tempat penemuan tersebut, tidak mudah. Berjarak sekitar 27 kilometer dari pusat kota, melewati Perempatan Cabak di wilayah KPH Cepu. Jalanan di tengah hutan jati itu, banyak yang berlubang. Bahkan tak sedikit di antara lubang-lubang jalanan itu dipenuhi kubangan air. Sekitar dua kilometer dari tempat penemuan makam batu besar, tepatnya di kubur kalang, harus menempuh jalan kaki melewati jalan setapak. Kemudian melalui semak-semak penuh kerikil dan medan yang sangat berat. Bisa juga dilewati dengan kendaraan bermotor roda dua, namun harus ekstrahati-hati. Perjalanan dengan kendaraan bermotor roda dua itu pun, tidak bisa sampai di tempat tujuan. Masih membutuhkan waktu sekitar 10 - 15 menit dengan jalan kaki melewati semak belukar. Sayang, makam batu dengan lebar satu meter dan panjang 2,5 meter, dan beberapa di antaranya lebih kecil sedikit dari ukuran itu, banyak yang sudah tidak utuh.
Minggu, 05 April 2015
GUDANG BANYU
Bangunan
penampung air dengan kapasitas 400 m³ ini terletak
di Kelurahan Tegal Gunung Kecamatan Blora. Dibangun pada masa kolonial Belanda
sebagai tempat untuk penampungan air yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan
air minum di Kota Blora. Sumber mata air diperoleh dari Sumber Mata Air Kajar.
Cara kerjanya alami menggunakan gaya gravitasi bumi dalam mengalirkan air dari
sumber mata air sampai penampungan
air (Gudang Banyu). Bangunan ini dibuat pada tahun 1920-an, mengadopsi gaya bangunan berarsitektur Belanda dengan
model segi
delapan. Bentuknya menyerupai benteng dengan ruang kolong di bawah bak
penampung. Memiliki ukuran bangunan 5m x 8m x 7m, dengan konstruksi beton cor.
Semula dikelola oleh orang Belanda yang dulu dikenal sebagai Tuan Johan dan
Tuan Barnas. Bangunan ini sempat dikelola oleh DPUK, sebelum akhirnya
diserahkan kepada PDAM. Tetapi Kemudian di lokasi ini dibangun lagi bak
penampung baru dengan daya tampung lebih besar dan sistem menara yang tinggi
mencapai 20 m, sesuai dengan tingkat kebutuhan akan air minum pada saat ini di
Kota Blora yang semakin tinggi.
Langganan:
Postingan (Atom)